“Boneka Tanah bukan kolektif komunitas pertama yang berdiri di Surabaya, namun
kontribusinya tak akan terlupa”.
|
Overhead Hazard |
15 tahun
bukanlah waktu yang pendek bagi perjalanan sebuah komunitas. Didirikan dan menggelar hajatan pertama pada tahun 1999
dalam sebuah acara bertajuk “Alternatif Parade” yang berlokasi di Parkiran
Fisip Unair, kelak di lokasi yang sama bertahun kemudian, banyak acara music
bertema underground movement digelar.
Jangan dibayangkan betapa susahnya menembus birokrasi Unair, sampai acara
tersebut berhasil digelar, dari pagi sampai tengah malam total 54 band yang
unjuk penampilan, (bertepatan dengan peringatan 54 tahun Indonesia merdeka).
Kesusahan untuk berlatih di studio sewaan dan juga unjuk diri
dalam pentas-pentas acara musik saat itulah yang memacu sayadan teman-teman,
dengan dibantu semangat muda yang masih menyala, dan belum terlalu dipusingkan
oleh urusan duniawi, waktu itu visi kami sangat jelas.. menyatukan seluruh band
nomer dua di Surabaya, band-band
potensial namun terpinggirkan dalam satu wadah manajemen dan
records/productions, untuk segala aliran musik.
|
The Silenced |
Maka bersama-sama dengan beberapa teman yang bermental
militan, terbentuklah wadah bernama Boneka Tanah Records/Productions, di mana
selanjutnya tak kurang telah membuat puluhan gigs dan juga merekam beberapa
band potensial namun terpinggirkan di Surabaya, berikut juga beberapa
kompilasi.
Namun berdirinya Boneka Tanah sendiri tak kurang menimbulkan
polemik tersendiri, berbagai permasalahan mulai melanda, mulai dari
mismanajemen, semrawutnya pembukuan distro yang berujung pada kebangkrutan,
serta yang tak kalah, bencana tak terduga, base camp Boneka Tanah di daerah
Bratang Binangun Surabaya ditutup paksa oleh warga dengan disertai ketua RT
setempat, karena dianggap bahwa perkumpulan ini meresahkan warga dengan segala
dandanan anehnya, meskipun tidak pernah ada bukti bahwa warga menderita
kerugian dalam bentuk apapun semenjak kami mengkontrak salah satu rumah di
wilayah tersebut untuk dijadikan base camp.
Dalam masa-masa krisis ini, Boneka Tanah masih terus
melanjutkan program-programnya, bekerja sama dengan kampus-kampus yang menerima
dengan tangan terbuka, berbagai acara tetap digelar, pun disaat karena
keterbatasan ekonomi, akhirnya saya harus bekerja “normal” dan meninggalkan
Surabaya, sesi recording band tetap berjalan, dan beberapa acara di Gedung Cak
Durasim tetap digelar, karena Boneka Tanah bukan lagi menjadi milik saya dan
teman-teman, Boneka Tanah telah bertransformasi menjadi MILIK UMUM, milik siapa
saja yang merasa memiliki.
28 Desember 2014, dua bulan setelah meninggalnya Benny Benhur salah seorang pendiri Boneka Tanah, kami semua berkumpul, setelah
sekitar 10 tahun kami berpisah, tiba-tiba ada kuasa yang memaksa kita berkumpul
tanpa sengaja, pada saat prosesi pemakaman Benny Benhur di bulan Oktober, kami membicarakan cikal
bakal “Reuni Akbar Boneka Tanah 2014”.
28 Desember 2014, dua bulan setelah meninggalnya Benny
Benhur, salah seorang pendiri Boneka Tanah, kami semua berkumpul, mengulang
kembali apa yang pernah terjadi pada saat kami muda dahulu, tidak sama persis,
tapi kami semua bergembira dalam suasana silaturahmi setelah sekian lama
dipisahkan keadaan.
Kami semua masih ada, bukan demi tujuan uang, bukan demi
tujuan eksistensi, bukan lagi pencarian jati diri. Kami semua masih ada, karena
masih ingin berkarya, menjadi bagian dari scene Surabaya yang beraneka ragam
dan luar biasa.